A.
Proses Curing
Proses curing
(perawatan) pada beton memainkan peran penting pada pengembangan kekuatan dan
daya tahan beton, proses curing dilaksanakan segera setelah proses pencetakan
selesai. Proses curing ini meliputi pemeliharaan kelembaban dan kondisi
suhu, baik dalam beton maupun di permukaan beton dalam periode waktu tertentu .
Proses curing pada beton bertujuan memberikan kelembaban yang cukup
pada proses hidrasi lanjutan dan pengembangan kekuatan, stabilitas volume,
ketahanan terhadap pembekuan dan pencairan serta abrasi. Lamanya proses curing
tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
- Jenis semen yang digunakan
- Proporsi dari campuran
- Ukuran dan bentuk daripada beton
- Kondisi cuaca disekitarnya
- Kondisi cuaca setelahnya
Beton di tanah
(misalnya trotoar, tempat parkir, jalanan, lantai, pelapis saluran) dan
beton struktur (misalnya deck jembatan, dermaga, kolom, balok, lempengan)
membutuhkan waktu curing minimal tujuh hari dengan suhu sekitar 5°C
diatas suhu sekitarnya. Institut Beton Amerika (American Concrete
Institute-ACI) merekomendasikan jangka waktu minimum curing, proses curing
dilakukan minimum hingga mencapai kekuatan 70 % dari kekuatan yang
direncanakan. 70% kekuatan dapat dicapai dengan cepat apabila curing dilakukan
pada temperatur yang tinggi dan atau dengan penggunaan bahan kimia tambahan
yang digunakan untuk mempercepat perkembangan kuat tekan.
Komite Institut Beton Amerika merekomendasikan waktu minimum curing sbb :
- ASTM C 150 semen tipe I, waktu minimum curing 7 hari
- ASTM C 150 semen tipe II, waktu minimum curing 10 hari
- ASTM C 150 semen tipe III, waktu minimum curing 3 hari
- ASTM C 150 semen tipe IV atau V minimum curing 14 hari
- ASTM C 595, C 845, C 1157 waktu curing bervariasi
Berikut adalah grafik pengaruh waktu curing terhadap
perkembangan kuat tekan dan grafik pengaruh temperatur curing
terhadap perkembangan kuat tekan
Temperatur curing yang tinggi dapat membantu
perkembangan kuatan tekan awal beton tetapi dapat menurunkan kekuatan
pada umur 28 hari.
B.
Akibat Beton Tidak
Terawat
Penguapan
mengakibatkan kehilangan air, sehingga proses hidrasi terhenti, dengan
konsekuensi :
- Berkurangnya peningkatan kekuatan.
- Penyusutan kering yg terlalu awal dan cepat, mengakibatkan timbulnya tegangan tarik yg menyebabkan beton retak.
C.
Pengaruh Curing
terhadap Kekuatan Beton
Dapat dinyatakan bahwa perkembangan yang baik dari
kekuatan beton tidak hanya dipengaruhi keseluruhan semen terhidrasi, dan ini
terbukti dalam praktik di lapangan. Kualitas beton juga tergantung kepada
gel/space ratio dari pasta semen. Jika sekiranya ruang yang terisi air dalam
beton segar lebih besar dari volume yang dapat diisi oleh produksi dari
hidrasi, hidrasi yang lebih banyak akan menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi
dan permeabilitas yang lebih rendah
(Neville, 1982).
Oleh sebab itu kehilangan air dari beton harus
diproteksi, dan selanjutnya kehilangan air secara internal oleh pengeringan
sendiri harus digantikan oleh air dari luar. Yaitu pemasukan air ke dalam beton
harus difasilitasi sebaik mungkin, sehingga
proses hidrasi yang terjadi pada pengikatan dan pengerasan beton sangat
terbantu oleh pengadaan airnya. Meskipun pada keadaan normal, air tersedia
dalam jumlah yang memadai untuk hidrasi penuh selama pencampuran, perlu adanya
jaminan bahwa masih ada air yang tertahan atau jenuh untuk memungkinkan
kelanjutan proses hidrasi itu sendiri. Penguapan dapat menyebabkan suatu
kehilangan air yang cukup berarti sehingga mengakibatkan terhentinya proses hidrasi,
dengan konsekuensi berkurangnya peningkatan kekuatan (Neville, 1982 dan Soroka,
1979).
Dapat ditambahkan juga, bahwa penguapan dapat
menyebabkan penyusutan kering yang terlalu awal dan cepat, sehingga berakibat
timbulnya tegangan tarik yang mungkin menyebabkan retak, kecuali bila beton
telah mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tegangan ini. Oleh karena itu
direncanakan suatu cara perawatan untuk mempertahankan beton supaya terus
menerus berada dalam keadaan basah selama periode beberapa hari atau bahkan
beberapa minggu. Hal ini termasuk pencegahan penguapan dengan pengadaan
beberapa selimut pelindung yang sesuai maupun dengan membasahi permukaannya
secara berulang-ulang.
Sehari setelah pengecoran merupakan saat yang
terpenting untuk periode sesudahnya. Oleh sebab itu diperlukan perawatan dengan
air sehingga untuk jangka panjang, kualitas beton, baik kekuatan maupun
kekedapan airnya, dapat lebih baik. Perawatan dengan cara membasahi
menghasilkan beton yang terbaik. Semakin erat pendekatan kondisi perawatan,
semakin kuat beton yang dihasilkan. Hal ini diperlihatkan pada Gambar 3
(Murdock dan Brook, 1999).
Dalam menafsirkan hasil pengujian laboratorium, harus
diperhitungkan bahwa bahan yang diuji umumnya kecil. Oleh karenanya sifat-sifat
bahan ini sangat dipengaruhi oleh perubahan dari lapisan permukaannya. Karena
umumnya lapisan permukaan mudah terpengaruh oleh kondisi perawatan. Hal ini
dibuktikan oleh kerusakan tampang melintang yang tebal jauh lebih kecil
daripada yang ditunjukkan oleh contoh bahan uji yang lebih kecil.
Penggenangan
atau penyiraman secara terus menerus tidak selalu merupakan suatu cara yang
praktis, dan akan lebih baik bila disokong dengan penerapan cara-cara lain.
Proteksi terhadap penguapan air segera setelah pengecoran yaitu menyelimuti
permukaan beton dengan lembaran polythene atau kertas bangunan merupakan cara
yang paling efektif pada langkah-langkah berikutnya. Tetapi, karena kurang
baiknya daya insulasi bahan-bahan ini, mungkin diperlukan tambahan perlindungan
untuk mengurangi pengaruh panas sinar matahari.
Secara
alternatif, hessian (sejenis karung goni) yang basah dapat ditutupkan langsung
pada permukaan, segera setelah beton cukup keras agar hessian tidak menyebabkan
kerusakan atau melekat pada permukaan beton. Pasir basah, pada lapisan setebal
50 mm juga dapat digunakan untuk merawat permukaan horizontal yang luas. Baik
hessian basah ataupun pasir basah jarang dikerjakan dengan baik, penyiraman
atau pembasahan beton pada interval waktu tertentu siang dan malam hari sering
terlupakan. Menggunakan pasir basah mempunyai kelemahan karena akan menambah
biaya sehubungan dibutuhkannya tenaga kerja tambahan untuk menempatkan dan
mengambil kembali pasir itu (Lubis, 1986 dan 1995).
Permukaan
lantai akan mengering lebih cepat sehubungan dengan ketebalannya yang lebih
tipis. Oleh karena itu harus diadakan sarana yang memadai untuk mencegah
kekeringan dengan menyelimuti dengan
kertas atau lembaran polythene yang kedap air. Lapisan tipis untuk perawatan
beton, yang harus diterapkan sementara beton masih basah umumnya diterima
sebagai suatu sarana yang memuaskan untuk perawatan beton. Meskipun bukan yang
paling efisien, perawatan yang paling praktis dan ekonomis bentuknya ialah
penggunaan senyawa kimia untuk perawatan beton dengan penyiraman terutama pada
permukaan horizontal yang luas.
D.
Sistem
Perawatan Beton
Cara – Cara Perawatan Beton yang Umum Digunakan
- Lapisan pasir yang dibasahi dengan tebal tidak kurang dari 5 cm ditaruh diatas permukaan beton yang sedang kita rawat.
- Permukaan beton ditutup dengan karung yang dibasahi terus menerus.
- Dengan mempergunakan lapisan curing compound.
- Digenangi air diatas pelat beton, dengan terlebih dahulu membuat tonjolan tanah liat sekeliling daerah yang akan digenangi.
- Ditutup dengan membrane kedap air seperti politherene atau kertas berlapis ter
- Perawatan dengan uap biasanya untuk beton pracetak.
Perawatan Beton dengan Air
- Menggunakan semprotan terus menerus (untuk menahan erosi semprotan air, gunakan karung goni lembab dibawah semprotan air),
- Air yg mengalir atau kolam
- Penyelimutan dengan pasir, goni atau bahan penyerap lainnya yg lembab secara terus menerus.
Perawatan Beton dengan Pembasahan
- Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yg terlalu panas, dan gangguan mekanis.
- Perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah), diselimuti dengan bahan yg dapat menyerap air (dalam keadaan basah) paling sedikit selama 7 hari.
- Untuk yg mengandung fly Ash minimal 10 hari
- Semua bahan perawatan/lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan beton yang dirawat.
- Bilamana acuan kayu tidak dibongkar, maka acuan harus dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton.
- Permukaan beton yg langsung digunakan sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dg ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 50 mm paling sedikit 21 hari.
- Beton semen yg mempunyai sifat kekuatan awal yg tinggi, harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton umur 28 hari.
Perawatan Beton dengan Uap
- Beton yg dirawat dg uap untuk mendapatkan kekuatan awal yg tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan direksi pekerjaan
- Perawatan dg uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton telah mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
- Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi tekanan atmosphir
- Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 38ºC selama beton dalam proses pengikatan awal (minimal 2 jam setelah pengecoran selesai), kemudian temperatur dinaikan berangsur-angsur sampai mencapai 65ºC dengan kenaikan temperatur maksimum 14ºC perjam secara bertahap.
- Perbedaan temperatur pada dua tempat didalam ruangan uap tidak boleh melebihi 5,5ºC
- Penurunan temperatur selama pendinginan secara bertahap dan tidak boleh lebih dari 11ºC per jam
- Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang penguapan tidak boleh lebih dari 11ºC dibanding udara luar
- Selama perawatan dg uap, ruangan harus selalu jenuh dg uap air.
- Semua bagian struktural yg mendapat perawatan dg uap harus dibasahi selama 4 hari sesudah selesai perawatan dg uap tersebut.
- Pipa uap harus diatur atau beton harus dilindungi agar tidak terkena langsung semburan uap, yg akan menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.
Perawatan Beton dengan Lembaran Kedap Air
- Lembaran plastik tipis atau kertas kedap air
- Menahan penguapan air pencampur beton
- Melindungi beton dari kerusakan selama pelaksanaan
- Hindari plastik berwarna gelap selama cuaca panas, kecuali untuk bagian dalam
- Beton harus basah pada saat lembaran kedap air dipasang dan secara berkala dibasahi.
Perawatan beton yang dipercepat (accelerated
curing):
Dengan
kondisi curing normal, beton mengeras
secara perlahan. Curing harus
dipertahankan minimal 14 hari untuk mendapatkan kekuatan akhir yang mendekati
kekuatan beton yang dirawat 28 hari. Dengan mengerasnya pasta beton, akan
terbentuk penampang beton sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Lamanya
pencapaian kekuatan beton yang direncanakan supaya dapat memikul beban
menyebabkan pembongkaran bekisting dapat dilaksanakan setelah umur beton
mencapai empat minggu (28 hari).
Pencapaian
kekuatan beton dalam waktu yang lebih singkat dapat dilakukan dengan menambah
bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan atau dengan menaikkan temperatur
saat curing. Mempersingkat waktu curing untuk mendapatkan kekuatan umur normal
beton 28 hari mempunyai beberapa keuntungan:
- Pembangunan dapat dipercepat.
- Penggunaan cetakan atau bekisting dapat
digunakan secara berulang-ulang dengan frekuensi yang tinggi, sehingga dapat
menghemat biaya bekisting.
- Dapat mengurangi gudang penyimpanan beton
yang telah mengeras, terutama pada produksi beton pracetak.
- Mempercepat produksi beton dan mempercepat
pengantaran ke lapangan.
Selain
keuntungan di atas, cara curing ini
memerlukan biaya yang cukup besar, sehingga perlu dipertimbangan dari segi
ekonomisnya. Metode mempercepat perawatan beton dapat dilakukan dengan
perawatan dengan uap panas. Ada 2 jenis perawatan dengan uap panas:
a.
Perawatan dengan uap panas tekanan rendah.
Pemeliharaan
dengan cara ini adalah untuk mempercepat waktu pemeliharaan yang dapat
dilakukan pada tekanan atmosfir dan temperatur di bawah 100°C dan dimaksudkan
untuk menghasilkan siklus pekerjaan yang pendek pada industri komponen beton
(beton prefab/pracetak).
b.
Perawatan dengan uap panas tekanan tinggi.
Metode ini
sangat berbeda dengan metode pemeliharaan dengan uap bertekanan rendah dan
bertekanan atmosfir. Metode ini digunakan bila diperlukan pekerjaan beton yang
memerlukan persyaratan berikut:
Ø
Diperlukan kekuatan awal tinggi dan kekuatan
28 hari dapat dicapai dalam waktu 24 jam.
Ø
Diperlukan keawetan yang tinggi dengan ketahanan
terhadap serangan sulfat atau bahan kimia lainnya, juga terhadap pengaruh
pembekuan (cold storage) atau temperatur yang tinggi.
Ø
Diperlukan beton dengan susut dan rangkak
rendah.
Kedua
jenis perawatan tersebut memerlukan biaya dan waktu perawatan yang tidak sama.
Waktu perawatan dengan tekanan tinggi lebih cepat dari waktu perawatan dengan
tekanan rendah.
Senyawa kimia untuk perawatan beton:
Senyawa
kimia untuk perawatan dengan membentuk lapisan tipis adalah suatu cairan yang
disemprotkan pada permukaan beton untuk menghambat penguapan air dari beton.
Sebuah jenis penyemprot kebun yang dapat dipegang dengan tangan sesuai untuk
pekerjaan ini. Hampir semua bahan-bahan kimia untuk perawatan beton yang
tersedia di pasaran dan terbukti memuaskan pemakaiannya terdiri dari larutan
sejenis damar. Setelah digunakan, larutan itu menguap dan meninggalkan
permukaan beton.
Lapisan
resin (sejenis damar) tersebut tinggal dengan sempurna sekitar empat minggu.
Selanjutnya lapisan ini menjadi getas dan mulai mengelupas akibat pengaruh
sinar matahari dan cuaca. Pengujian di laboratorium dan pengamatan di lapangan
menunjukkan bahwa cara ini telah memberikan perawatan pada beton yang setara
dengan membasahinya secara terus menerus selama 14 hari. Penggunaan curing compound biasanya dilakukan untuk
permukaan beton yang vertikal dan terkena sinar matahari seperti kolom, balok
dan dinding beton.
Pemeliharaan dengan sistem elektris:
Pemeliharaan
dengan uap bila digunakan untuk komponen yang besar di lapangan tidak praktis
untuk diterapkan. Untuk tujuan ini, sejumlah cara dengan sistem elektris telah
dikembangkan oleh berbagai perusahaan. Namun metode ini kurang banyak digunakan
di lapangan pekerjaan. Metode ini menggunakan resistor yang berfungsi
menyalurkan arus listrik. Yang berfungsi sebagai resistor itu adalah campuran beton itu sendiri, tulangan atau
benda-benda yang terdapat di dalam penampang beton.
Di
dalam pelaksanaannya ditemui kesukaran
yang membuatnya hampir tidak mungkin untuk menyalurkan arus listrik pada
keseluruhan bahan di lapangan. Hal ini disebabkan terbatasnya panjang
penulangan dan besarnya penampang yang harus dialiri, dan hal yang sama juga
terlihat bila menggunakan batang tulangan prategang sebagai resistor. Dari
hasil pengamatan, kabel prategang lebih sesuai bila digunakan sebagai resistor.
Oleh karena itu pemeliharaan elektrik memberikan hasil yang memuaskan bila
menggunakan berkas kabel prategang (Neville, 1982).
Kesimpulan
Pekerjaan Perawatan (Curing)
Banyak
penelitian yang dilakukan dalam rangka memperoleh sistem yang terbaik untuk
pekerjaan curing dari beton, antara
lain: variasi kondisi penyimpanan sampel, apakah basah terus menerus, kering
terus menerus, menggunakan curing compound/sealed ataupun variasi awal basah kemudian terus
menerus kering dan awal kering kemudian terus menerus basah, dan dalam variasi
waktu maupun variasi campuran beton, memakai bahan pengisi/admixture atau beton
normal saja (Lubis, 1986 dan 1995).
0 komentar:
Post a Comment